Ini kisah nyata yang saya alami sendiri. Saya lupa tahun kejadiannya, yang jelas masih sekitar tahun 90an, soalnya saat itu saya masih SD. Cerita bahwa kampung kami sering dikunjungi pocong pada waktu itu telah beredar luas dimasyarakat.
Kabarnya bahwa pocong tersebut suka masuk ke rumah warga untuk mencari makanan (ternyata pocong bisa lapar juga, hihi). Suasana kampung kami waktu itu sangat sepi, masih dipenuhi pepohonan rindang dan semak belukar, terutama rumah ku yang jarak dengan tetangga terdekat sejauh 60 meter.
Nah ceritanya pada suatu malam ada acara kenduri di salah satu rumah warga, ibu saya pada waktu itu turut menghadiri acara tersebut, dan pulang dengan membawa makanan berupa daging dan nasi yang jumlahnya pas dimakan keluarga kami, jadi malam itu kami sekeluarga menikmati makan bersama sampai ludes tak tersisa.
Pas diperjalanan pulang tersebut sebenarnya ibu saya sudah merasa ada sesuatu yang mengikuti, namun beliau belum menceritakannya kepada kami. Setelah agak malam (sekitar jam 10 malam WITA), kami semua mulai beranjak tidur.
Saya yang pada waktu itu agak demam tidur bertiga dengan kedua orangtuaku di ranjang yang ada di dapur, namun karena kondisi badan yang demam saya agak kesulitan untuk memejamkan mata. Kakak saya yang laki2 tidur di kamarnya, Sedangkan kakak saya yang perempuan memilih rebahan di depan TV.
Sekitar jam 11 malam, kakak saya yang perempuan mulai merasa ngantuk, lalu mematikan TV dan memasuki kamarnya. Setelah menutup pintu, dia menyalakan kipas angin karena memang udara yang agak panas dimalam itu.
Tiba2 (menurut cerita kakak saya) terdengar suara mendesis dari arah pintu kamar yang tertutup, dan muncullah sosok pocong (persis seperti yang kita lihat di TV) menembus dari balik pintu, melompat 3 kali, sehingga tepat berdiri diantara kakak ku dan kipas angin.
Kakak ku lalu berteriak histeris dengan kerasnya (maklum perempuan). Aku dan kedua orang tua yang belum terlelap langsung kaget, mengira kakak teriak karena mengigau, ayahku langsung lari menuju kamar kakak ku, dan pocong pun lenyap seketika.
Pada saat itu aku gak tau apa yang terjadi, karena bapak ku gak balik ke tempat tidur kami. Aku yang merasa kepanasan minta dikipasin sama ibuku. Jadi ibuku dalam posisi duduk di atas ranjang mengipasiku yang rebah terlentang dengan kipas. Saat itu ranjang kami ditutupi kelambu putih, dan lampu menyala, jadi suasana di luar kelambu masih bisa terlihat oleh ibuku yang sedang duduk.
Tiba2 terdengar suara “bruk bruk bruk (suara tutup panci diangkat lalu ditutup lagi dengan keras 3 kali)” dari luar kelambu. Ibuku langsung menoleh ke arah suara tersebut, gak jauh dari ranjang kami memang ada meja makan yang diatasnya ada panci nasi yang sudah kosong. Setelah ibuku menoleh ke arahku, suara itu terulang kembali.
Ibuku menoleh lagi kearah panci, lalu berkata agak keras “apa sih itu ribut2? Ni anakku lagi sakit! (dalam bahasa daerah kami tentunya)”. Setelah itu ibuku menoleh ke arahku lagi, dan suara itu pun langsung terulang lagi. Ibuku kembali menoleh ke arah panci, aku yang bingung dan gak bisa melihat keluar kelambu pun bertanya "apa sih itu bu?", ibu pun menjawab "gak papa, tikus tu kayaknya!" dengan nada seperti agak marah, tapi aku tau pasti bukan aku yg dimarahi.
Setelah dibilang "tikus" suara tutup panci sudah gak ada lagi. Aku pun yang masih belum tau apa yg terjadi (karena menganggap teriakan kakakku hanya igauan dan yang buka tutup panci hanya tikus) akhirnya tertidur lelap karena nikmatnya kipasan ibuku.
Besok paginya, alhamdulillah badanku terasa lebih baik. Dan akupun mendapat cerita dari kakakku bahwa malam tadi dia ditemui pocong dalam keadaan sadar, dan ibuku pun cerita kalau tutup panci yang bunyi itu jelas bukan karena tikus, karena tutup itu jelas terangkat dan menutup sendiri.
0 komentar:
Post a Comment