Dalam keadaan yang serba kekurangan, terlebih bila kadar iman tipis, maka, seseorang akan dengan mudah terjerumus pada perbuatan nista. Setidaknya, kenyataan itulah yang terjadi latar belakang dari kisah yang dialami oleh wawan ini. Kalau saja hidupnya berkecukupan, pastilah dia tidak akan nekad mengambil sesuatu yang bukan miliknya. Apalagi mencuri barang milik seseorang yang telah terbujur kaku menjadi mayat.
"Sebaiknya kamu kembalikan saja uang dan perhiasan itu, Wan. Itu perbuatan yang dilarang agama. Karena itu, berarti kamu telah menjarah harta milik orang lain!" Begitulah nasehat Ade kepada Wawan. "Kamu jangan sok alin sobat. Apalagi gadis itu sudah mati. Pada siapa aku harus mengembalikan uang dan perhiasan ini, sedangkan alamatnya saja aku tidak tahu. Anggap saja ini memang sudah jadi rezekiku," jawab Wawan, seenaknya.
Dialog kedua sahabat karib tersebut berlangsung sekitar sebulan yang lalu. Ketika itu, dengan wajah berseri-seri Wawan menemui Ade di tempat kostnya. Dia menceritakan bahwa dirinya baru saja memperoleh rezeki nomplok.
"Kamu lihat apa yang kuperoleh hari ini! Uang dan perhiasan. Aku kira ini cukup untuk membayar uang semesterku," cetus Wawan dengan bersemangat. "Hei, dari mana kamu bisa mendapatkan semua itu?" tanya Ade sambil menatap karibnya itu. Di antara keduanya memang hampir tak ada lagi rahasia. Karena itulah, tanpa tedeng aling-aling Wawan menceritakan bahwa dirinya baru saja mengambil uang dan perhiasan milik seorang gadis yang mati akibat jadi korban tabrak lari.
"Gila! jadi bukannya kamu tolong.., malah kamu ambil uang dan perhiasan gadis itu," sesal Ade. "semula aku bermaksud menolongnya. Tapi aku bingung nggak tahu harus berbuat apa." "Lantas, Mengapa kamu ambil barang-barang berharga miliknya, termasuk uang itu?" Tuding Ade.
Wawan berusaha menekan perasaannya. Dia berkata sambil menatap sahabatnya, "Kamu tahu kan aku sedang kesulitan uang untuk bayar uang semester? Makanya aku terpaksa mengambil semua ini, sebab kalau tidak kuliahku pasti bakal berantakan. Lagipula, gadis itu kan sudah mati. Kalau bukan aku yang mengambilnya, mungkin juga orang lain yang akan mengambilnya. Jadi, anggap saja ini cara Tuhan memberikan rezekiNya padaku."
Ade cuma bisa geleng-geleng kepala, sambil bergumam, "Semoga saja apa yang kamu pikirkan itu benar. Tapi aku yakin akan ada sesuatu yang terjadi denganmu". Keyakinan Ade itu memang benar. Sebulan setelah kejadian itu, Kehidupan Wawan mulai tidak tenang. Tapi apa daya, penyesalan itu selalu datang di kemudian hari. Wawan sungguh tidak menyangka kalau perbuatannya itu akan menyusahkan dirinya.
Sabtu, 6 Januari 2004. Sore itu, hujan turun sangat deras mengguyur kota Bandar Lampung. karena ingin cepat-cepat pulang ke tempat kostnya, tanpa menghiraukan curah hujan yang tak bersahabat itu, Wawan nekad memacu sepeda motornya menembus hujan. Tak peduli pada resiko yang akan terjadi,dia memacu kendaraan itu dengan kecepatan tinggi. Barulah ketika membelok ke jalan Perintis, dia sengaja memperlambat laju kendaraannya. Dia hafal betul keadaan jalan itu rusak berat dan penuh lubang.
Ketika sampai di ujung jalan yang membelok ke sebelah kiri dan menembus jalan Pramuka, tiba-tiba dia melihat sosok tubuh tergeletak di tengah jalan. Wawan segera menghentikan sepeda motor kesayangannya. Dia memarkirnya di pinggir jalan, lalu bergegas menghampiri sosok yang terkapar dengan bersimbah darah itu.
"Astaga, kasihan sekali gadis ini. Dia pasti jadi korban tabrak lari!" pikir Wawan, cemas. Sejenak dia menoleh ke kiri dan kanan, melihat kalau ada orang di sekitar tempat itu. Sepi! Karena jalan itu memang jalan alternatif, maka, jarang sekali ada orang yang mau lewat di situ kalau tidak terpaksa. Apalagi saat menjelang Magrib, ditambah hujan turun deras pula. Daerah di sekitarnya juga sepi karena jauh dari pemukiman penduduk.
Karena melihat tidak ada orang yang dapat dimintai pertolongan, Wawan segera bertindak sendiri. Didekatinya sosok yang berlumuran darah itu. Sosok itu,ternyata seorang gadis yang berusia sekitar 20 tahunan. Si gadis malang itu mengenakan jeans dan T-Shirt kuning muda. Perlahan Wawan menyentuh tubuh gadis itu, tetapi tidak ada reaksi. Wawan mencoba mengguncang tubuh gadis itu, tetapi tidak bergerak. Rupanya gadis itu sudah tidak bernyawa lagi.
Wawan kebingungan, tidak tahu apa yang mesti dia perbuat. Dalam keadaan bingung itulah tiba-tiba matanya tertumpuk pada sebuah tas tangan yang tergeletak apa adanya dan tertindih di lengan gadis malang itu. Wawan segera mengambil tas itu dan membukanya.
Astaga! ternyata didalam tas itu berisi sejumlah uang dan perhiasan. Saat itu, entah iblis dari mana yang datang merasuki hati Wawan ini, hingga naluri kemanusiaannya tiba-tiba hilang. Sementara, sang iblis dengan sangat kuat berbisik di telinganya menyuruh mengambil uang dan perhiasan milik sang gadis…
"Ya, aku kan sedang butuh uang untuk bayar semester!" Bisik Batin Wawan, merasa mendapatkan peluang cepat-cepat Wawan merogoh isi tas itu. Setelah mengantongi uang dan perhiasan milik gadis itu, lalu dibuangnya tas itu ke semak-semak yang tak jauh dari tempat kecelakaan.
Tanpa menaruh rasa iba walau sedikitpun, kemudian, ditinggalkannya sosok mayat yang malang itu. Dan dia pun secepat kilat memacu kembali sepeda motornya untuk meninggalkan tempat itu. Dan malam harinya, di kamar kostnya, dengan hati berbunga-bunga, Wawan menghitung hasil jarahannya. Lumayan juga jumlahnya. Uang tunai sebesar dua juta rupiah, sebentuk cincin kawin, dan seuntai kalung emas kini miliknya.
Iblis memang makhluk yang senang menjerumuskan manusia. Apalagi jika manusia itu lemah imannya. Begitulah yang dialami Wawan. Dia memang seorang yang tidak pernah beribadah. Maka dengan mudahnya dia termakan bujuk rayu sang iblis durjana itu, apalagi di saat yang sama pemuda ini memang tengah dirundung masalah keuangan.
Uang hasil jarahannya itu tak hanya dia gunakan untuk membayar semester, tapi juga dipergunakannya untuk berfoya-foya. Kini hampir setiap malam dia mengunjungi diskotik yang ada di sepanjang jalan Yos Sudarso. Setelah menghabiskan minumannya, lalu dilanjutkan dengan berkencan dengan gadis malam yang biasa menunggu sasarannya ditempat itu.
Kini Wawan benar-benar telah jadi pengikut iblis. Bayangkan, dia sekarang sudah bergemilang maksiat. Minuman keras dan berzinah. Tak pernah dihiraukannya kata-kata yang pernah diucapkan Ade, sahabat dekatnya itu. Padahal, sudah berulangkali Ade menasehati agar berhati-hati dengan uang itu. Malahan, Ade meminta agar Wawan mengembalikan uang itu. Tetapi, apa jawaban Wawan?
"Kamu ini jangan munafik dan sok jujur, nomor pemilik uang ini sudah mati. Mayat gadis itu pasti sudah dikubur keluarganya. Lantas kemana aku harus mengembalikannya. Masak aku harus mengembalikannya ke lubang kubur? kamu gila kali ya!"
Ade sempat terkejut mendengar jawaban temannya itu. "Setan mana yang telah meracuni hati anak ini?" Ucap Ade dalam hati. Dia sama sekali tidak menyangka, Kalau Wawan yang selama ini dikenalnya sebagai orang yang santun dan pendiam, bisa berkata seperti itu.
"Kita kan bisa menghubungi rumah sakit atau kantor polisi terdekat. Dari mereka kita bisa mengetahui asal usul gadis itu," saran Ade, tak mau menyerah. Sejenak Wawan terdiam. Ucapan sobat itu ada benarnya. Tetapi, Wawan enggan melakukannya. Dia tak sadar bahwa iblis benar-benar telah menguasai dirinya.
Keserakahan dan ketamakan telah telah bertahta di hatinya. "Pokoknya, aku tidak akan mengembalikan uang itu. Uang itu adalah rezeki yang diberikan tuhan padaku. Lagipula, waktu itu tidak ada orang yang melihat aku ketika aku mengambilnya. Seandainya tidak kuambil, pasti ada orang lain yang mengambilnya!" tandas Wawan.
"Betul katamu, orang lain memang tidak melihat kamu mengambil uang itu. Tetapi, arwah gadis itu pasti melihatmu. Ingat, suatu saat, dia pasti datang kepadamu!" balas Ade. Merinding juga bulu kuduk Wawan mendengar ucapan sahabat nya itu. Tetapi semuanya itu sudah kepalang baginya. Ibarat nasi sudah menjadi bubur. Nuraninya telah tertutup.
"Kamu ini ada-ada saja. Mana ada orang yang sudah mati bisa hidup lagi. Kamu kira ini cerita film?". Sebenarnya Ade jengkel juga mendengar jawaban sahabatnya itu. Tetapi perasaannya itu dipendamnya dalam hati."Harta memang sering membuat orang jadi lupa daratan," ucapnya dalam hati.
Ya, apa boleh buat. Wawan memang sedang lupa daratan. Buktinya, dia semakin asyik dengan dunianya. Dengan uang yang sesungguhkan tidak seberapa jumlahnya itu, dia rela menceburkan dirinya ke lembah yang hina. Dia tidak tahu, kalau uang yang tidak seberapa itu akan habis dalam waktu sekejap.
Celakanya, karena sudah ketagihan, sedangkan uang sudah tidak punya uang lagi, maka, dia nekad menjual cincin dan kalung hasil jarahannya. Padahal, selama ini dia selalu menyimpan benda berharga itu baik-baik, sebab ada sedikit niat di hatinya untuk mengembalikannya kepada yang berhak. Uang hasil penjualan perhiasan itu digunakan untuk berfoya-foya. Dan setelah uang itu habis, maka, datanglah petaka itu…
Malam itu, Wawan bermimpi buruk. Karena mimpinya itu, tepat tengah malam dia pun terbangun. Badannya terserang demam mendadak. Butir-butir keringat dingin seketika membasahi sekujur tubuhnya. Apa yang terjadi? Malam itu, Wawan mimpi di datangi oleh si gadis korban kecelakaan. bahkan, pada malam-malam berikutnya, mimpi-mimpi itu selalu datang menterornya.
Karena menderita tekanan batin yang amat dahsyat, lambat laun tubuhnya jadi kurus kering. Anehnya, sejauh ini Wawan tetap bertahan. Dia tidak mau menceritakan pengalamannya itu kepada orang lain. Termasuk Ade, sahabat karibnya.
Sampai akhirnya tiba pada suatu malam yang merupakan puncak dari mimpi buruk itu. Gadis itu tidak muncul lagi di alam maya, tetapi dia datang dalam kenyataan. Ya, pas di tengah malam itu Wawan menjerit histeris.
Ketika membuka pintu kamarnya, ternyata, dilihatnya sosok gadis itu sedang berbaring di ranjang usang miliknya. Reflex Wawan hendak berlari. Tetapi suara lembut menegurnya."Wawan, jangan takut. Kamu tidak perlu menghindariku, karena aku sama sekali tidak bermaksud menyakitimu!" ucap gadis itu.
Wawan membalikan badannya. Walau semula dia sangat ketakutan, namun anehnya keberaniannya tiba-tiba kembali muncul. "Apa maksudmu? bukannya kamu ini sudah mati?" Tanya Wawan. Gadis itu tersenyum. "Ya. Aku memang sudah mati. Tetapi, arwahku masih penasaran karena perbuatanmu. kamu telah mengambil semua benda milikku".
Wawan pun bergidik. Tiba-tiba dia teringat pada kata-kata yang pernah diucapkan oleh Ade tempo hari. Ya, Ade pernah berkata, bahwa suatu saat arwah gadis itu akan datang padanya. Kiranya ucapan Ade itu menjadi kenyataan. Kini arwah gadis itu sudah berdiri di depannya.
"Dengar Wawan. Aku tahu kamu sudah menghabiskan semuanya. Tetapi, bagaimanapun kamu harus mengembalikan padaku. Cincin dan kalung itu bukan milikku, tetapi milik kekasihku yang diberikannya padaku sebagai tanda pengikat. Perhiasan itu sangat berarti bagiku, juga bagi kekasihku. Tolonglah kembalikan." Gadis itu berkata dengan setengah menghiba pada Wawan yang berdiri mematung dengan lutut gemetaran.
"Ta…Tapi. Aku sudah…sudah menjualnya pada orang lain," Jawab Wawan terbata-bata. "Perhiasan itu milikku, kamu tidak berhak menjualnya! Ingat, bagaimana pun caranya kamu harus mengembalikannya padaku!" Ancam gadis itu sambil menyeringai. Wajahnya yang semula cantik itu berubah jadi menyeramkan. Wawan bergidik. Dia benar-benar merasa amat ketakutan. "Ba…baiklah, aku akan mengembalikannya!" jawabnya dengan bibir yang kelu…
Sosok gadis itu tiba-tiba lenyap. Dan berganti dengan bau harum bunga kamboja. Cepat Wawan mengunci pintu kamarnya. Dalam keadaan panik. Tiba-tiba dia teringat pada Ade. Keesokan harinya, Wawan segera menemui Ade di tempat kostnya. Mereka memang sama-sama mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di Lampung. Kepada Ade, Wawan menceritakan apa yang telah dialaminya selama ini. Juga peristiwa yang terjadi malam tadi.
Singkat cerita, berkat bantuan Ade, akhirnya Wawan dapat mengetahui identitas gadis itu. Setelah menjual sepeda motor kesayangan yang merupakan harta satu-satunya itu, Wawan berhasil menebus kembali perhiasan yang telah dijualnya. Di hadapan keluarga almarhum, Wawan berterus terang mengakui perbuatannya. Setelah meminta maaf, dia pun mengembalikan uang dan perhiasan yang telah dijarahnya.
Aneh, setelah Wawan melakukan itu, arwah gadis itu tidak pernah muncul lagi. Bahkan dalam mimpinya sekalipun. Meskipun peristiwa itu sudah lama terjadi, tetapi Wawan mengaku tidak pernah bisa melupakannya. Baginya, peristiwa tersebut merupakan pelajaran berharga, yang sekaligus telah membuatnya berubah menjadi insan yang taat dalam beribadah.
0 komentar:
Post a Comment